oleh

Kematian Diplomat Arya Daru Masih Menunggu Laporan Lengkap Dari Para Ahli

Kepolisian Daerah Metro Jaya membantah kebenaran klaim yang beredar di media sosial mengenai hasil autopsi kematian misterius diplomat Arya Daru Pangayunan (ADP).

Informasi itu mengeklaim kematian ADP merupakan hasil pembunuhan terencana dan berkaitan dengan jaringan perdagangan manusia lintas negara.

Klaim tersebut viral usai diunggah oleh akun Instagram yang menamakan diri sebagai National Security Agency of Republic Indonesia (NSA RI).

Dalam unggahan itu, disebutkan bahwa Arya Daru tidak meninggal karena bunuh diri, melainkan dibunuh secara sistematis karena sedang menyelidiki jaringan eksploitasi WNI di Amerika Latin.

Menanggapi isu tersebut, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi menegaskan bahwa informasi itu tidak bersumber dari institusi kepolisian.

Ia mempertanyakan kredibilitas pihak yang menyebarkan narasi tersebut dan mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam menyerap informasi dari media sosial.

“Yang menyampaikan itu siapa?” ucap Ade Ary saat dikonfirmasi Kompas.com pada Kamis (24/7).

Dalam dokumen yang diunggah akun NSA RI, disebutkan bahwa jenazah Arya ditemukan dalam kondisi yang menunjukkan tanda-tanda kekerasan fisik.

Baca Juga  Muncul Pertama Usai Ditahan, Hasto : “Hidup Saya Menjadi Sangat Tertib”

Dokumen autopsi tersebut menyebut terdapat memar di wajah, hidung, mulut yang mengindikasikan pencekikan serta kedua lengan, yang konsisten dengan upaya penahanan paksa. Meskipun tidak ditemukan luka terbuka signifikan, terdapat lecet pada leher yang diduga berasal dari tekanan tali atau kain.

Organ dalam korban menunjukkan indikasi kuat kematian akibat asfiksia, ditandai dengan paru-paru berwarna ungu dan berisi cairan, serta pembengkakan pembuluh darah otak akibat hipoksia alias kekurangan oksigen kronis.

Selain itu, ditemukan cedera di kepala bagian belakang dan trauma tumpul pada beberapa organ vital.

Tes toksikologi menunjukkan hasil negatif terhadap alkohol, obat sedatif, dan narkotika, sehingga kematian tidak disebabkan oleh keracunan, melainkan oleh trauma fisik terarah.

NSA RI juga mengeklaim bahwa jenazah ditemukan dalam kondisi terbungkus plastik dan dililit lakban berwarna kuning, metode yang disebut biasa digunakan dalam operasi penghilangan jejak.

Baca Juga  Selama 7 Bulan Razman Arief Melakukan Pembelaan Hukum Vadel Badjideh

Selain itu ada simbol atau kode misterius ditemukan di bagian perut kiri bawah korban.

Kunci pintu kamar sendiri dalam kondisi tidak rusak yang mengindikasikan pelaku memiliki akses langsung terhadap korban yang diduga telah dilumpuhkan lebih dahulu.

Jenis kematian ini disebut sebagai “Targeted Silent Assassination”, atau pembunuhan senyap oleh aktor profesional dengan metode pembungkusan alias non-destructive killing.

NSA RI menduga kuat bahwa kematian Arya berkaitan dengan aktivitas intelijen di luar penugasan resmi Kemenlu. Disebutkan bahwa Arya tengah menyelidiki kasus eksploitasi pekerja migran Indonesia di Brazil, Suriname, dan Paraguay.

Misinya disebut mendapat dukungan informal dari Direktorat Perlindungan WNI RI.

Ia menerima banyak laporan dari LSM HAM dan diaspora Indonesia terkait pelanggaran hak terhadap Pekerja Migran Indonesia (PMI).

Salah satu bagian paling mencolok dalam klaim laporan ini adalah peringatan terakhir Arya yang disampaikan melalui email internal Kemenlu. Dalam pesannya, ia menulis bahwa aktor yang dihadapinya bukan sekadar jaringan, melainkan mereka yang sudah mengendalikan sistem dari dalam.

Baca Juga  Polres Langkat Mengamankan Kakek Melakukan Persetubuhan Terhadap Anak Di Bawah Umur

Pria berusia 39 tahun itu juga menyampaikan bahwa ia akan mengirimkan semua bukti sebelum dirinya “dibungkam.” Tak lama setelah itu, ia absen dari rapat koordinasi virtual dan hanya meninggalkan sinyal lokasi darurat serta pesan suara yang mengindikasikan seseorang telah masuk ke kamarnya secara diam-diam.

Menanggapi viralnya laporan tersebut, Polda Metro Jaya mengimbau publik agar tidak gegabah menyebarkan informasi yang belum diverifikasi. Ade Ary menekankan pentingnya kebijaksanaan dalam menggunakan media sosial, apalagi dalam kasus yang menyangkut nyawa dan reputasi seseorang.

Ia juga memastikan bahwa penyelidikan kematian ADP masih terus berjalan. Tim forensik dari berbagai keahlian telah dikerahkan, dan hasil akhir otopsi belum sepenuhnya rampung. Polisi masih menunggu laporan lengkap dari para ahli untuk bisa mengambil kesimpulan resmi terkait penyebab kematian ADP.

News Feed