oleh

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa Gelar Pertemuan Darurat Setelah Amerika Serikat Serang Fasilitas Nuklir Iran

Ketegangan di Timur Tengah kian mendidih setelah Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) menggelar pertemuan darurat pada Minggu (22/6/2025) waktu setempat untuk membahas serangan Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran. Dalam forum tersebut, Rusia, China, dan Pakistan mendorong adopsi resolusi mendesak yang menyerukan gencatan senjata segera dan tanpa syarat di kawasan.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyampaikan peringatan keras atas situasi terbaru.

“Pengeboman terhadap fasilitas nuklir Iran oleh Amerika Serikat menandai titik balik yang sangat berbahaya,” ujarnya dalam pidato yang disampaikan di hadapan anggota Dewan Keamanan

“Kita harus bertindak – segera dan tegas – untuk menghentikan pertempuran dan kembali ke jalur negosiasi yang serius dan berkelanjutan mengenai program nuklir Iran.”

Serangan ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa negaranya telah “menghancurkan total” situs-situs nuklir utama Iran, bergabung dengan Israel dalam salah satu operasi militer terbesar terhadap Republik Islam tersebut sejak Revolusi Iran 1979. Pernyataan ini menambah ketegangan internasional dan mendorong pertanyaan tentang langkah berikutnya dari Iran.

Adapun baik Rusia maupun China langsung mengecam serangan AS tersebut.

Baca Juga  Presiden Prabowo Angkat Diplomasi Damai Indonesia di Forum Dunia

“Perdamaian di Timur Tengah tidak dapat dicapai melalui kekuatan militer,” kata Duta Besar China untuk PBB, Fu Cong. “Upaya diplomatik untuk menyelesaikan persoalan nuklir Iran belum sepenuhnya digunakan. Masih ada harapan untuk solusi damai.”

Sementara itu, Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, mengingatkan kembali pernyataan Menlu AS saat itu, Colin Powell, yang pada 2003 membenarkan invasi ke Irak dengan alasan senjata pemusnah massal yang belakangan terbukti tidak ada. “Kali ini, kami kembali diminta mempercayai cerita dongeng AS. Ini menunjukkan bahwa AS tidak belajar apa pun dari sejarah,” tegasnya.

Namun, Pelaksana Tugas Duta Besar AS untuk PBB, Dorothy Shea, membela langkah negaranya. “Program senjata nuklir Iran selama ini ditutupi dan mereka mengabaikan semua upaya negosiasi kami yang dilakukan dengan itikad baik,” katanya. “Rezim Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir.”

Iran Tuding AS dan Israel Hancurkan Diplomasi

Permintaan rapat darurat ini diajukan oleh Iran. Dalam pernyataannya, Duta Besar Iran untuk PBB, Amir Saeid Iravani, menuding AS dan Israel telah menghancurkan jalur diplomasi. Ia menyebut tuduhan AS terhadap program nuklir Iran sebagai tidak berdasar dan menuding Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) telah dijadikan alat politik.

Baca Juga  Presiden Prancis Emmanuel Macron Disambut Meriah dalam Upacara Kenegaraan di Istana Merdeka

“Alih-alih menjamin hak sah negara-negara untuk energi nuklir damai, traktat ini telah dimanipulasi sebagai dalih agresi dan tindakan melanggar hukum yang membahayakan kepentingan tertinggi negara kami,” ujar Iravani.

Sementara itu, Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, memuji aksi militer AS.

“Inilah garis pertahanan terakhir ketika semua upaya lain telah gagal,” katanya.

Ia menegaskan bahwa Iran menggunakan negosiasi nuklir sebagai kedok untuk membangun rudal dan memperkaya uranium. “Biaya untuk tidak bertindak akan sangat fatal. Iran dengan senjata nuklir akan menjadi hukuman mati, tidak hanya bagi kami, tapi juga untuk Anda,” ujarnya.

Belum ada kejelasan kapan pemungutan suara atas rancangan resolusi tersebut akan dilakukan. Rusia, China, dan Pakistan meminta komentar dari anggota dewan hingga Senin malam waktu setempat. Untuk lolos, resolusi memerlukan sedikitnya sembilan suara setuju dan tidak diveto oleh lima anggota tetap: AS, Prancis, Inggris, Rusia, dan China.

Baca Juga  Presiden Prabowo Subianto Terima Penghargaan “Grand Cross of the Order of the Sun of Peru”

Draf resolusi itu menyerukan gencatan senjata dan mengecam serangan terhadap situs-situs nuklir Iran, meski tidak menyebutkan AS atau Israel secara eksplisit. AS diperkirakan akan menentang resolusi tersebut.

Duta Besar Inggris untuk PBB, Barbara Woodward, menekankan pentingnya solusi diplomatik.

“Aksi militer semata tidak akan menghasilkan penyelesaian jangka panjang terhadap kekhawatiran atas program nuklir Iran,” ujarnya. “Kami mendesak Iran untuk menahan diri dan menyerukan semua pihak kembali ke meja perundingan demi mengakhiri krisis ini.”

Sementara itu, Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, melaporkan bahwa terlihat adanya kawah besar di lokasi pengayaan uranium Fordow yang dibangun di dalam gunung. Namun, ia menegaskan belum ada yang bisa menilai secara pasti kerusakan di bawah tanah.

Grossi juga menyebut bahwa pintu masuk terowongan penyimpanan bahan yang diperkaya tampak terkena serangan di kompleks nuklir Isfahan, dan fasilitas pengayaan di Natanz kembali menjadi sasaran.

“Iran telah memberitahu IAEA bahwa tidak ada peningkatan level radiasi di ketiga lokasi tersebut,” jelas Grossi.

News Feed