Ada satu rumah di wilayah garis pantai Malibu yang selamat dari dahsyatnya kebakaran Los Angeles. Rumah tersebut masih berdiri kokoh di tengah bangunan-bangunan lain yang hancur dan hangus terbakar.
Gambar atau foto rumah yang selamat dari api itu kemudian beredar di internet. Banyak yang memberi julukan sebagai ‘rumah ajaib’.
Hal ini karena kebakaran Los Angeles telah menghanguskan ribuan bangunan dan membakar lebih dari 40.588 hektare lahan. Kebakaran terjadi di berbagai titik mulai dari Palisades, Eaton, San Gabriel, hingga dekat Ventura County.
Laporan CalFire menyebut, sedikitnya 24 orang tewas dan kerugian ditaksir mencapai Rp2.448 triliun.
Lantas kenapa bisa ada rumah yang bisa selamat?
Rumah di pantai Malibu yang selamat dari kebakaran Los Angeles adalah milik seorang CEO Pengelolaan Sampah, David Steiner. Rumah itu dibeli pada 2015 dan cukup jarang ditinggali.
Saat semua rumah sekitarnya hangus terbakar, rumah milik Steiner terlihat masih berdiri utuh dengan cat berwarna putih. Hanya bagian sisi rumah yang tampak menghanguskan warna putih rumahnya.
Alih-alih menyebut sebagai keajaiban, Steiner mengatakan bahwa keselamatan rumahnya bisa terjadi karena berbagai faktor, mulai dari konstruksinya yang sangat kokoh, hingga pemadam yang sigap.
“Menurut saya arsitekturnya bagus, petugas pemadam kebakarannya berani, dan mungkin sedikit keajaiban,” katanya.
Dia mengatakan kepada The New York Post, yang dikutip Rabu (15/1/2025), bahwa bangunan itu terbuat dari semen dan batu, bahan yang dikenal tahan api.
Selain itu, rumah mewah tersebut juga memiliki “atap tahan api”. Fitur itu bisa menahan panas terik dan nyala api kebakaran hutan.
Senada dengan Steiner, seorang arsitek asal California, Greg Chasen, mengatakan bahwa bahan beton, memang bisa lebih aman untuk melindungi dari api.
“Dinding perimeter beton yang kokoh mungkin menyelamatkan kita di sana,” ucapnya, seperti dikutip ABC.
Sementara itu, pakar keselamatan kebakaran dari Bright Force Electrical, Daniel Vasilevski, menjelaskan bahwa keselamatan sebuah rumah atas peristiwa seperti kebakaran, dipengaruhi berbagai faktor.
“Sebenarnya dapat dikaitkan dengan perencanaan yang matang, integritas struktural, faktor lingkungan, dan upaya yang sungguh-sungguh,” ujarnya.
Vasilevski menekankan bahwa rumah bisa bertahan karena sejak awal dibuat lebih baik. Konstruksinya juga dibangun dengan bahan tahan api seperti plesteran, logam, dan batu, serta atap terbuat dari tanah liat atau logam.
“Jendela bisa berlapis ganda, menjaganya agar tidak pecah karena panas dan tidak membiarkan api masuk ke dalam rumah. Celah yang tertutup pada dinding juga akan mencegah asap dan api memasuki rumah sehingga dapat menyebar dan menimbulkan lebih banyak kerusakan,” paparnya.
“Pilihan bahan bukan hanya sekedar keputusan estetika atau biaya. Hal ini juga berdampak langsung pada kemampuan struktur untuk menahan kondisi kebakaran ekstrem,” lanjut pakar asal Australia tersebut.
Nyatanya, kebakaran di Los Angeles lebih banyak melahap dan menghancurkan rumah. Alasannya karena banyak bangunan yang terbuat dari bahan kayu, terutama di daerah pesisir California.
Meski sering dilanda angin topan, tornado, gempa, hingga kebakaran, kayu tetap banyak dipilih. Bahan bangunan dari kayu dianggap lebih ringan, hemat, dan mudah didapat sehingga memudahkan pembangunan rumah dan vila, sebagaimana dilansir India Today.
Laporan National Association of Home Builders menyebutkan bahwa 90% pembangunan rumah baru di wilayah California pada 2019, terbuat dari bahan kayu. Pemilihan bahan bangunan dari kayu ini juga tak lepas dari sejarah AS yang diklaim sebagai salah satu negara tukang kayu.
Namun, pada akhirnya, kebakaran Los Angeles baru-baru ini memperlihatkan bahwa bahan kayu telah menjadi sebuah kelemahan. Kayu telah memicu api dan berkontribusi terhadap kehancuran rumah dan bangunan.
Sementara rumah dengan bahan non-kayu seperti baja dan beton, memperlihatkan ketahanan terhadap api dan biaya jangka panjang yang lebih rendah.