oleh

Pemerintah Amerika Serikat Mengklaim Serangan Dalam Operasi Godam Tengah Malam Menghancurkan Fasilitas Nuklir Iran

Pemerintah Amerika Serikat mengklaim serangan dalam Operasi Godam Tengah Malam pada Ahad, 22 Juni 2025 telah menghancurkan fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan. Tapi, berdasarkan analisis citra satelit para ahli nuklir menyatakan tak ada kerusakan yang berarti dari fasilitas nuklir tersebut.

Kesimpulan para ahli itu berdasarkan analisa terhadap citra satelit komersial dari Maxar Technologies terhadap tiga lokasi tersebut. “Ada beberapa hal yang sangat penting yang belum terkena dampak,” kata Jeffrey Lewis, ahli nuklir di Middlebury Institute of International Studies di Monterey, Amerika yang memantau fasilitas nuklir Iran. “Jika berakhir sampai di sini saja, ini adalah serangan yang benar-benar tidak lengkap,” katanya kepada NPR pada Ahad, 22 Juni 2025.

Lewis mengatakan, serangan itu tampaknya tidak menyentuh persediaan uranium yang diperkaya milik Iran. “Saat ini Iran masih memiliki bahan itu dan kita masih belum tahu di mana keberadaannya,” katanya.

Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Angkatan Udara Dan Caine juga menyatakan hal serupa. “Kerusakan akibat perang terakhir akan memakan waktu (untuk dipastikan), tetapi penilaian awal kerusakan akibat pertempuran menunjukkan bahwa ketiga lokasi mengalami kerusakan dan kehancuran yang sangat parah,” katanya dalam konferensi pers di Pentagon pada Ahad, 22 Juni 2025.

David Albright, Presiden Institute for Science and International Security yang memantau program nuklir Iran selama bertahun-tahun, juga melihat bukti yang sama. Dia juga menunjukkan bahwa dari citra satelit juga tampak aktivitas tak biasa di Isfahan dan Fordow pada Kamis, 19 Juni 2025, sebelum serangan Amerika terjadi. Ada truk-truk yang tampaknya di sekitar pintu masuk ke fasilitas bawah tanah yang digunakan untuk menyimpan uranium.

Baca Juga  Presiden Prabowo dan Presiden Xi Saksikan Penandatanganan Sejumlah Kesepakatan Kerja Sama Indonesia-Tiongkok

Hal ini menimbulkan spekulasi bahwa Iran telah memindahkan uraniumnya sebelum serangan terjadi. “Masih menjadi misteri apa sebenarnya isi truk-truk itu. Namun, uranium yang diperkaya di Fordow kemungkinan besar sudah habis sebelum serangan,” kata Albright kepada The Free Press pada Senin, 23 Juni 2025.

Tidak rusaknya fasilitas itu menjelaskan mengapa sejauh ini tak ada efek radiasi nuklir dari tiga situs tersebut. Badan Energi Atom Internasional (IAEA), yang mengawasi fasilitas nuklir Iran, menyatakan tak ada radiasi nuklir di sana. “Setelah serangan terhadap tiga lokasi nuklir di Iran—termasuk Fordow—IAEA dapat mengonfirmasi bahwa tidak ada peningkatan tingkat radiasi di luar lokasi yang dilaporkan hingga saat ini. IAEA akan memberikan penilaian lebih lanjut tentang situasi di Iran saat informasi lebih lanjut tersedia,” kata badan pengawas nuklir PBB itu di X.

Manan Raeisi, anggota parlemen Iran yang mewakili Qom, provinsi tempat fasilitas nuklir Fordow berada, menyatakan bahwa “pemeriksaan awal di lokasi serangan mengonfirmasi tidak ada radiasi nuklir”. “Berdasarkan informasi yang telah diverifikasi, saya dapat mengatakan bahwa bertentangan dengan klaim palsu Presiden Amerika, fasilitas Fordow tidak mengalami kerusakan yang signifikan. Sebagian besar dampaknya hanya di permukaan dan mudah diperbaiki,” kata Raeisi, seperti dikutip
Al Mayadeen pada Senin, 23 Juni 2025.

Baca Juga  Gempa Bumi Di Myanmar Menewaskan Lebih Dari 1.000 Orang

Raeisi menggambarkan pernyataan Trump itu sebagai sesuatu yang dilebih-lebihkan. Ia menyebut bahwa tidak adanya korban di lokasi nuklir Fordow merupakan bukti bahwa serangan itu dangkal. “Klaim yang dibuat-buat Trump tentang kehancuran Fordow hanya menyoroti betapa tidak efektifnya serangan itu, begitu dangkalnya sehingga tidak ada satu pun martir yang dilaporkan di lokasi itu,” kata dia.

Serangan Amerika ke fasilitas nuklir Iran ini terjadi di tengah perang Iran-Israel. Perang ini dimulai ketika Israel menyerang sejumlah bangunan dan fasilitas militer Iran pada 13 Juni 2025.

News Feed