Site icon www.polten.co.id

Melihat Fakta Antara Kontrasepsi dan Kanker Payudara

Banyak perempuan merasa khawatir saat mendengar kabar bahwa kontrasepsi hormonal bisa memicu kanker payudara. Benarkah demikian?

Definisi dan Epidemiologi Kanker Payudara

Kanker payudara adalah kondisi ketika sel di jaringan payudara tumbuh tak terkendali dan bisa menyebar (metastasis). Kanker ini muncul sebagai benjolan, perubahan kulit, puting, atau gejala lainnya.

Menurut Globocan 2022, Indonesia mencatat 408.661 kasus kanker baru (semua jenis) dan 242.099 kematian akibat kanker dengan 66.271 kasus merupakan kanker payudara. Sayangnya, 70% kasus baru ditemukan sudah dalam stadium lanjut, sehingga penting untuk deteksi dini dan kesadaran terhadap perubahan pada payudara.

Apa itu Kontrasepsi Hormonal?

Kontrasepsi hormonal adalah metode pencegahan kehamilan yang bekerja dengan mengatur hormon reproduksi wanita, terutama estrogen dan progestin (turunan progesteron). Tujuannya adalah menghentikan pelepasan sel telur (ovulasi), menipiskan lapisan rahim, dan mengentalkan lendir serviks agar sperma sulit masuk.
Jenis-jenis kontrasepsi hormonal yang umum digunakan:

Menurut Kemenkes RI 2021, sekitar 48,5% perempuan usia subur di Indonesia menggunakan suntik KB26,6% menggunakan pil, dan 9,2% memakai implan, menjadikan kontrasepsi hormonal pilihan utama di tanah air.

Benarkah Kontrasepsi Hormonal Bisa Menyebabkan Kanker Payudara?

Penelitian besar oleh New England Journal of Medicine terhadap lebih dari 1,8 juta perempuan menunjukkan bahwa pengguna kontrasepsi hormonal memiliki risiko relatif kanker payudara sebesar 1,09-1,38 kali dibandingkan non-pengguna. Risiko meningkat seiring durasi penggunaan:

Namun, peningkatan ini masih sangat kecil secara absolut. Dalam 10.000 perempuan yang menggunakan kontrasepsi selama 10 tahun, hanya akan muncul sekitar 13 kasus tambahan kanker payudara dibanding yang tidak menggunakan.

Selain itu, kontrasepsi hormonal justru menurunkan risiko kanker ovarium dan endometrium, sehingga manfaatnya tetap signifikan.

Bagaimana Mekanisme Biologisnya?

Kontrasepsi hormonal mengandung hormon sintetis yang mirip dengan estrogen dan progesteron alami. Hormon ini dapat mempengaruhi sel epitel payudara, yang memiliki reseptor hormon. Dalam beberapa kondisi, peningkatan hormon dapat merangsang pertumbuhan sel payudara.

Namun, efek ini sangat dipengaruhi oleh durasi penggunaan, jenis hormon, dan kondisi individu (misalnya, usia, riwayat keluarga, atau status genetik). Penelitian oleh Kuhl (2023) menunjukkan bahwa risiko tertinggi ditemukan pada terapi estrogen-progestin pascamenopause, bukan pada dosis kontrasepsi pada wanita muda.

Resiko Lainnya

Faktor Risiko Perkiraan Risiko Relatif (RR) Keterangan
Usia > 50 tahun >4 Faktor alamiah dan utama
Mutasi genetik (BRCA1/2) >4 Risiko bawaan genetik
Riwayat keluarga dekat 2–3 Bila ada ≥2 anggota keluarga dengan kanker payudara
Obesitas dan alkohol berlebihan 1,5–2 Faktor gaya hidup yang bisa diubah
Kontrasepsi hormonal (pil/suntik/implan) 1,09–1,38 Risiko relatif kecil dan menurun setelah berhenti

 

Cara Menurunkan Resiko Kanker Payudara

 

Kesimpulan dan Rekomendasi

Kontrasepsi hormonal tidak otomatis menyebabkan kanker payudara. Memang ada peningkatan risiko kecil, tetapi jauh lebih rendah dibandingkan faktor lain seperti usia, genetik, dan obesitas. Penggunaan kontrasepsi harus berdasarkan konsultasi dengan tenaga medis, agar jenis dan dosisnya sesuai kondisi masing-masing individu.
Jadi, tidak perlu merasa takut untuk menggunakan kontrasepsi.
Namun, perlu diingat bahwa respons tubuh terhadap kontrasepsi berbeda-beda, sehingga sangat penting untuk berkonsultasi terlebih dahulu sebelum memilih metode KB yang paling aman dan nyaman.

  1. Lakukan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) & SADANIS (Pemeriksaan Payudara Klinis) secara rutin.
  2. Cek risiko pribadi (Gail Model – NCI BCRAT).
  3. Konsultasikan pilihan kontrasepsi di fasilitas kesehatan terdekat.
Exit mobile version