Di tengah tantangan lahan gambut dan cuaca ekstrem, masyarakat Desa Pengabuan sempat terjebak dalam kemiskinan dan keterbatasan.
Melihat kondisi tersebut, PT Pertamina EP (PEP) Adera Field bersama Pertamina Hulu Rokan (PHR) Regional 1 Zona 4 menghadirkan Program Pertanian Mandiri untuk Desa Tangguh (PERMATA).
Program ini menjadi solusi bagi 35,21% warga yang hidup di bawah garis kemiskinan dengan pendapatan harian Rp45.000–Rp70.000. Sementara hampir separuh penduduk hanya berpendidikan Sekolah Dasar (SD).
Cuaca ekstrem memperparah hasil panen, dan limbah jerami yang melimpah belum dimanfaatkan secara optimal. Meski demikian, desa ini memiliki potensi besar berupa sumber daya alam, keterampilan dasar dalam pengolahan padi dan herbal, serta semangat sosial yang kuat.
Melalui pendekatan partisipatif, PERMATA berfokus pada pengembangan padi tahan iklim seperti Mentik Susu dan Ngaos, serta pemanfaatan limbah jerami menjadi briket, pupuk organik, dan Mikro Organisme Lokal (MOL).
Inisiatif ini juga mendorong pengelolaan sampah organik mandiri dan memperkuat ketahanan ekonomi desa berbasis potensi lokal.
“Tidak semata program CSR, PERMATA kini menjadi Gerakan pemberdayaan yang menyentuh akar persoalan melalui pengetahun, inovasi, dan kelembagaan,” ungkap Manager CID PHR Regional 1 Sumatra Iwan Ridwan Faizal.
Diversifikasi produk menjadi bagian penting dari program ini. Kelompok Wanita Tani Selaras Alam, yang dipimpin oleh Herawati, mengembangkan budidaya tanaman obat keluarga (TOGA) seperti jahe, temulawak, kunyit, dan kencur.
Produk-produk ini diolah dan dipasarkan dengan legalitas NIB, PIRT, dan sertifikasi halal.
Pemanfaatan energi alternatif melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) juga menjadi terobosan penting dalam mendukung efisiensi dan keberlanjutan.
Senada dengan Herawati, salah satu anggota kelompok tani juga merasakan manfaat nyata dari program PERMATA dalam aktivitas kesehariannya sebagai petani padi.

